"Jangan kau kira cinta datang dari keakraban dan pendekatan yang tekun, cinta adalah putera dari kecocokan jiwa dan jikalau itu tiada cinta takkan pernah tercipta, dalam hitungan tahun, bahkan millennia-Khalil Gibran"
Entah mengapa akhir-akhir ini ketika aku sedang disibukkan dengan urusan Tugas Akhir (TA), satu perasaan aneh mulai bergejolak. harusnya, aku harus lebih fokus untuk mengerjakan tugas akhirku agar aku bisa mengambil ujian akhir di bulan Agustus nanti. ibu di rumah sudah menantikan kabar kelulusanku namun mengapa rasanya belum sanggup aku mengabarkan kepadanya kalau aku akan mengambil ujian akhir di bulan Agustus nanti.
ya, kalau di flashback lagi mengapa aku baru bia mengambil ujian akhir di bulan Agustus karena aku sibuk bekerja. Satu bulan lamanya tak pernah aku menyentuh tugas akhirku yang pada akhirnya membuatku harus kerja ekstra agar bisa mengambil ujian akhir. Sudah terlambat menyesali apa yang sudah terjadi.
Kembali, perasaan itu muncul.
Setitik rasa yang seharusnya harus aku abaikan dan bila waktunya tiba barulah akan aku biarkan.
Pertemuan singkat yang membuatku terkesan pada sosoknya.
Pertemuan singkat yang membuatku tak mengerti mengapa ada setitik rasa yang mulai berkecamuk di hati.
***
Sudah hampir dua bulan lamanya aku tak mengunjungi kamar asramaku. Aku tak tahu bagaimana keadaan kamar asramaku meskipun aku tak khawatir atas barang-barangku karena ada teman satu kamarku yang selalu setia menjaga kamar asrama kami dan barulah beberapa hari yang lalu aku mengunjungi kamar kami.
Langkah pertamaku memasuki kamar asrama terasa agak berat. bukan karena aku malas untuk mengunjungi kamar asramaku, tapi karena ada setitik perasaan iri terhadap teman sekamarku yang saat ini sedang dekat dengan seorang laki-laki. Perlu ku pertegas, ini bukan perasaan iri karena aku tak suka akan kedekatan diantara keduanya tapi rasa iri ini muncul karena aku tak bisa merasakan hal yang sama seperti teman sekamarku ketika bertemu sosok lelaki yang menyayanginya.
***
Hari itu, sebuah pesan singkat di aplikasi Blackberry Messenger ponselku berbunyi. Seorang rekan kerja memintaku untuk menggantikan jadwal siarannya. Sudah hampir setengah tahun ini aku menjalani pekerjaan sampinganku sebagai announcer di sebuah stasiun radio di kota tempatku menimba ilmu. Kebetulan hari itu hari Minggu dan aku ternyata punya waktu luang yang bisa aku gunakan untuk mengambil alih jadwal siarannya.
Sebenarnya, perjalanan menuju tempatku bekerja tak terlalu jauh hanya sekitar 15 menit kalau di tempuh menggunakan sepeda motor. Setibanya di sana, seperti biasa aku langsung menghidupkan dua buah komputer yang telah saling terintegrasi untuk mulai aku operasikan. Tak lama berselang, lagu dari Landon Pigg - Fallingin Love in a Coffee Shop aku putarkan.
Sembari menunggu lagu-lagu yang telah aku urutkan dalam playlistku diputar, seperti biasa aku akan mengakses beberapa sosial mediaku. Entah mengapa mataku langsung tertuju dengan sebuah nama yang tak asing bagiku, Sora Ar-Radiya.
Tahun lalu tepatnya di Malang, November 2014, ketika aku berkunjung ke Malang untuk menghadiri sebuah Konferensi Nasional yang bertempat di Universitas Brawijaya, aku juga bertemu dengannya. Setelah 1 tahun sejak terakhir kami bertemu, ia masih persis seperti terakhir kali kami bertemu. Wajahnya yang menenangkan, Khimmar putih yang dipakainya membuatnya terlihat anggun dan seperti biasa comelan khasnya akan selalu aku ingat.
Air mata menetes ketika aku bertemu dengannya. Maklum saja kami adalah teman dekat yang sekarang terpisah jarak dan waktu. Sudah hampir tujuh tahun kami menjalin persaudaraan ini dan ia masih tetap sama sejak pertama kali aku mengenalnya.
"Bagaimana kabarmu, sa?" aku bertanya padanya.
"Alhamdulillah baik" ia menjawab dengan logat jawanya yang khas, "medok" :D.
Tak terasa sudah hampir 1 jam kami duduk dan berbincang, Nisa tiba tiba menanyakan sesuatu padaku.
"Kamu yakin akan terus seperti ini?", tanyanya.
"Lho, memangnya aku kenapa sa?", jawabku.
"Perempuan yang baik, InsyaAllah untuk lelaki yang baik", cetusnya dengan tiba-tiba.
Sejenak aku terdiam atas ucapannya. Aku teringat kalau beberapa waktu yang lalu, aku pernah bercerita padanya kalau aku menyukai seseorang.
"iya sa, InsyaAllah diingat. Doakan aku agar bisa menjadi lebih baik lagi dan perubahan itu bukan semata untuk menarik perhatian orang lain tapi memang karena Allah", jawabku.
"iya. Aku juga sedang belajar untuk lebih baik. Tatalah apa yang sedang ada di hatimu. Abaikanlah untuk saat ini, nanti bila saatnya tiba, hal tersebut akan datang tanpa kau sadari", pungkasnya.
***