Minggu, 16 Februari 2014

Cerita (Bagian 1)


“Selamat malam langit indah yang tak bertemankan bintang ataupun bulan. Bagaimanakah kabarmu di hari esok saat pagimu datang kembali”

            Seketika aku terbangun oleh dering alarm yang berasal dari handphoneku yang berada di atas meja belajarku. Benda electronic yang telah lebih dari dua tahun ini membantuku dalam urusan komunikasi. Terlihat usang, namun kualitasnya masih cukup bagus meskipun hanya untuk sms, telepon dan mengakses beberapa social media yang compatible.
            Rasanya, cepat sekali aku terjaga dari tidur. Hanya 4 jam. Entah apa saja yang aku kerjakan pada malam harinya sehingga aku tak mampu memejamkan mata dengan cepat. Semalampun aku mencoba untuk dapat tidur lebih cepat, dan lagi aku tak bisa. Sudah hampir satu setengah tahun ini aku selalu mengalami insomnia. Aku tak tahu apa yang salah, hanya saja ketika aku masih terjaga di malam hari aku berharap bahwa seseorang yang dahulu pernah ada dihatiku akan menyapaku kembali dengan kata-kata sederhana untuk pengantar tidurku. Ah, sudahlah. Sepertinya semuanya hanyalah anganku saja.
            Tak pernah terfikir kalau apa yang telah kulakukan ini adalah hal yang sia-sia. Mengorbankan waktu istirahat hanya untuk menunggu. Beberapa teman dan orang-orang terdekat menyarankanku untuk meminum obat agar aku bisa tidur atau setidaknya mengantuk dan tertidur. Aku tak mau.
***
            Malam itu tanpa sengaja ketika aku membuka akun e-mailku, aku tersentak terkejut. Sebuah e-mail yang lumayan familiar telah menunggu untuk dibaca dan diketahui maksud dan tujuannya. Sebuah e-mail dari sahabat penaku yang berada di luar kota, ternyata. Setelah kubaca, kurang lebih isi dari e-mail yang kudapat malam itu adalah cerita ketika ia berada di suatu tempat yang sangat ia kunjungi. Sebuah Negara yang berada di Samudera Hindia dan terdiri dari pulau-pulau kecil, negara dengan ketinggian dataran terendah yang pernah ada di dunia , Maladewa.
            Beberapa foto yang ia kirimkan menarik perhatianku untuk bisa juga mengunjungi Maladewa. Dahulu, Negara yang sangat ingin aku kunjungi dan tinggal serta bekerja disana adalah Australia tapi setelah melihat beberapa foto yang dikirimkan sahabatku aku lebih berhasrat untuk mengunjungi Maladewa terlebih dahulu sebelum Australia.
            Ah, kalau hanya direnungkan sulit rasanya menggapai Maladewa ataupun Australia. Jangankan menggapai dua negara tersebut, menggapai hatimu saja aku tak mampu. Butuh action lebih agar semuanya terwujud. Segera kubalas surat elektronik yang dikirimkan oleh sahabat penaku tersebut. Di bagian akhir suratku kukatakan padanya bahwa suatu saat Negara yang telah ia kunjungi akan juga ku datangi.
***
            Harusnya malam itu aku memperbaiki ulang proposal tugas akhir yang saat ini tengah aku hadapi. Aku tak berdaya, godaan untuk selalu mengakses dunia maya selalu lebih besar ketimbang niatku untuk mengerjakan proposal tugas akhirku. Oh proposal, kenapa tak bisa kau menjadi pendamping hidupku?. Sejak awal, aku telah mempertahankan setiap argument yang kutuliskan, aku berjuang memaksimalkan waktuku untuk memperbaikimu tapi ketika selesai aku jua yang mencampakanmu. Mau dikatakan apa, kita memang tak akan bisa bersatu.
            pernah suatu ketika aku menyadari bahwa keberadaan orang lain untuk mendukungku mengerjakan tugas akhir ini sangatlah penting. Sebenarnya, orang tua, keluarga dan beberapa sahabat telah mencoba mengingatkan namun tak ada yang terasa special. Ah sudahlah, bukan saatnya untuk berfikir tentang seseorang yang akan memperlakukanku secara istimewa.
            Malam-malam selanjutnya masih terasa sama. Masih sepi, bertemankan proposal dan bahkan langit pun tak mengijinkan bintang atau bulannya hadir menyaksikan setiap manusia yang bernyawa. Ketika kupandangi langit dari jendela kamarku yang tak terlalu besar, handphone ku berdering. “Sebuah pesan diterima”. Sebuah pesan dari teman sejawat di kelasku, ternyata. tak ada hujan ataupun badai, aku terkejut membaca isi pesan darinya. Di dalam pesannya ia mengatakan bahwa ia ingin mengajakku belajar bersama. Memang kuakui aku adalah salah satu mahasiswi yg dapat dikatakan cukup dipertimbangan prestasinya. Jelas aku tak percaya. Orang ini adalah orang yang juga tak terlihat bodoh sama sekali. Hanya berbeda beberapa peringkat saja dariku.
           

            

0 komentar:

Posting Komentar